Matematikadikenal sebagai ilmu dasar, pembelajaran matematika akan melatih kemampuan kritis, logis, analitis dan sistematis. Tetapi peran matematika tidak hanya sebatas hal tersebut, seperti bidang lain, seperti fisika, ekonomi, biologi tidak terlepas dari peran matematika. Tetapi kemajuan ilmu fisika itu sendiri tidak akan tercapai tanpa
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kualitas pendidikan sebuah negara menentukan kualitas sumber daya manusia pada negara tersebut. Bukanlah sebuah rahasia apabila Indonesia memiliki kualitas pendidikan yang rendah, ada banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah perbedaan perlakuan pendidikan untuk masing - masing wilayah Indonesia, faktor ini menyebabkan terjadinya ketidakmerataan atau ketimpangan pendidikan antara wilayah satu dengan wilayah yang lain. Wilayah yang terdapat didekat pusat kota, industri dan perdagangan tentu saja memiliki kualitas pendidikan yang sangat baik dibandingkan wilayah yang memiliki letak geografis pelosok hutan dan kedua yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah kurangnya sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang keberlangsungan pendidikan, contohnya saja ketersediaan gedung sekolah yang layak tidak semua sekolah negri khususnya memiliki gedung sekolah yang layak untuk proses belajar mengajar hal ini jelas sekali terlihat pada gedung - gedung sekolah SD,SMP dan SMA yang terdapat di wilayah 3 T Tertinggal, terjauh dan terisolasiKebanyakan belum memiliki gedung sekolah yang layak pakai. Faktor ketiga adalah kurangnya semangat dan motivasi guru dalam mengajar, yang saya maksud disini adalah guru honorer khusunya di sekolah - sekolah negri yang mana kurrangnya semangat dan motivasi ini disebabkan upah yang tidak memadai dan tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan sehari - hari, rata - rata gaji guru honorer SDN adalah mana jumlah ini masih jauh dari kata layak mengingat untuk menjadi guru saja seseorang harus menempuh pendidikan sarjana. Jumlah uang kuliah saat menempuh pendidikan tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh ketika bekerja. Oleh karena itu sejahterakanlah nasib guru honorer sehingga mereka bisa memiliki motivasi mengajar lebih baik. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Halitu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Kata-kata produktivitas memang telah menggema di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini, walaupun kegiatan untuk meningkatkan produktivitas baik tenaga, modal, tanah maupun sumber-sumber alam lainnya yang tersebar luas di tanah air kita, telah berlangsung lama
Penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia patut dipertanyakan. Hal ini karena dalam survei terbaru CEOWORLD magazine pada 2020, Indonesia hanya masuk peringkat 70 dari total 93 negara yang diurutkan di dunia sumber. Tentu hal ini cukup miris sekali. Sehingga kami akan mengulas penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia sehingga belum mampu bersaing dengan kualitas pendidikan di luar negeri. Kami himpun dari beragam sumber. Stigma di Masyarakat Pendidikan Berbasis BukuTidak Menumbuhkan Ingin TahuKualitas Guru di IndonesiaTidak Mengenal KegagalanMengesampingkan AttitudeTerlalu Cepat Berganti Link Artikel Penyebab Rendahnya Pendidikan PDF Stigma di Masyarakat Satu hal yang menurut kami menjadi penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia adalah stigma masyarakat itu sendiri. Salah satunya adalah anggapan bahwa anak sukses ketika mampu meraih nilai yang tinggi atau nilai yang maksimal. Jadi yang dianggap sukses selalu yang pintar. Padahal kecerdasan adalah sesuatu yang given dan kemungkinan untuk diubah tidak mudah. Sedangkan manusia memiliki titik kecerdasan yang berbeda-beda. Maka jika dipaksakan hasilnya tidak akan optimal. Memang baru-baru ini mulai banyak yang menghargai minat dan bakat siswa, namun masih belum menjadi hal yang lumrah. Inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia, orang tua terlalu memaksa anak menjadi pintar meski sebenarnya adalah berbakat. Pendidikan Berbasis Buku Di Indonesia hampir semua pendidikan lebih identik dengan buku. Sehingga orang memahami secara teoritis. Efeknya mereka buta di dunia praktis. Hal ini terutama terjadi pada jenjang dasar dan menengah. Pendidikan di Indonesia jarang berbasis riset. Karena gurunya juga tidak terbiasa dengan riset. Hal inilah yang menjadikan kemampuan siswa menjadi lemah. Daya risetnya rendah dalam banyak aspek bidang. Inilah yang seharusnya diperbaiki. Tidak Menumbuhkan Ingin Tahu Kami pernah berdiskusi tentang pendidikan dengan Alm Prof. Mahmud Zaki, beliau merupakan rektor ITS selama dua periode. Beliau menyampaikan kalau siswa di Indonesia ketika ikut lomba tingkat internasional banyak yang juara. Tapi kalau sudah berbicara terkait dunia kerja, nanti dulu. Hal ini karena pendidikan di Indonesia tidak menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar dalam diri siswa. Yang ada hanyalah dicekoki buku-buku saja. Sehingga siswa akan unggul dengan siswa lain di luar negeri, karena mungkin yang diterima lebih banyak. Tapi ketika tumbuh dewasa, siswa tidak memiliki kemandirian sifat rasa ingin tahu. Selalu ingin dicekoki. Maka kemampuan untuk belajar mandiri menjadi rendah. Pada akhirnya kemampuan meningkatkan kapasitas juga menjadi rendah. Kualitas Guru di Indonesia Memang banyak guru yang berkualitas. Tapi kalau bicara lebih banyak mana guru yang berkualitas dengan yang tidak. Maka jawabannya yang tidak. Mengapa demikian, pertama banyak yang masuk jurusan keguruan karena sudah tidak diterima di jurusan bergengsi, artinya inputnya sudah tidak wah. Kedua, coba tanyakan kepada guru Anda berapa kali rapat membahas masalah siswa, cara peningkatannya dibanding membahas masalah kepangkatan, tunjangan, atau lain sebagainya. Kira-kira lebih banyak mana? Hehehe. Atau pernahkan membahas untuk mendoakan siswa yang nakal? Inilah yang selanjutnya membuat miris dan pada akhirnya novel Laskar Pelangi sangat menginspirasi. Karena Indonesia rindu akan guru-guru yang sangat perhatian terhadap siswa-siswanya. Jika tidak, penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia tidak akan terselesaikan. Tidak Mengenal Kegagalan Entah sejak kapan di pendidikan Indonesia terjadi yang namanya lulus 100% menjadi sebuah prestasi. Menurut kami salah satu aspek pendidikan adalah ketahanan dari kegagalan, dan belajar mencapai kesuksesan. Jika siswa tidak mengenal yang namanya kegagalan, maka di masa depan mereka tidak terbiasa dengan menghadapi kegagalan-kegagalan menuju kesuksesan. Jika Anda ke pelosok desa, akan menemukan siswa kelas empat SD yang membaca masih terbata-bata. Ya harus dinaikkan, karena kalau tidak orang tuanya marah-marah. Dituntut, bahkan dijelek-jelekkan. Ya sudah akumulasi lingkaran kebersamaan. Pokoknya beginilah indahnya pendidikan di Indonesia. Akumulatif. Mengesampingkan Attitude Kita semua hafal yang namanya guru adalah sebuah singkatan dari digugu dan ditiru, yang artinya tindak tanduknya adalah sebuah panutan. Dengan kata lain pendidikan sebenarnya adalah persoalan mengajarkan attitude. Sayangnya yang terjadi tidaklah semudah membalik telapak tangan. Justru attitude siswa sulit dikendalikan di dalam sekolah. Misalkan gurunya menerangkan, siswa di belakang main sendiri, atau tidur-tiduran, itu sudah sering terjadi. Padahal di dunia kerja attitude menjadi aspek yang paling utama dikedepankan. Sedangkan kompetensi bisa ditingkatkan. Inilah yang kemudian menyebabkan sekolah berbasis agama tumbuh subur. Mereka menekankan aspek pendidikan attitude yang hilang di sekolah-sekolah. Terlalu Cepat Berganti Entah kenapa ini perasaan kami atau semua merasakan. Ketika ada perubahan menteri, sudah bisa dipastikan akan banyak perubahan besar-besaran, mulai dari kurikulum, buku, hingga banyak aspek lainnya. Bukan masalah itu tidak bagus, tapi tidak semua sekolah siap untuk melaksanakan dengan cepat. Misalkan periode kementrian lima tahun, ketika diganti sistem butuh dua tahun untuk pengenalan. Indonesia luas lho. Itu baru pengenalan. Barulah kemudian di tahun ketiga keempat bahkan kelima mulai membiasakan. Guru harus dilatih ini dan itu. Belum tuntas, sudah ganti kebijakan lagi. Pastinya tertinggal. Ini harus menjadi kesadaran bahwa tidak semua bisa demikian. Menurut kami ini salah satu penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia. Jika ingin membaca akar masalah pendidikan bisa dibaca di sini. Link Artikel Penyebab Rendahnya Pendidikan PDF Jika ingin membutuhkan link artikel Penyebab Rendahnya Pendidikan PDF bisa klik link yang kami sediakan berikut ini. Semoga bisa membantu kebutuhan Anda. Post Views 624 Berikutbeberapa permasalahan yang harus segera ditangani: Contents hide Pendidikan yang Belum Merata Permasalahan Relevansi dan Mutu Efisiensi dan Efektivitas Pendidikan Faktor Iptek Faktor Pertumbuhan Penduduk Faktor Permasalahan Pembelajaran Kurangnya Guru yang Terlatih Ruang Kelas yang Tidak Memadai Faktor Kurangnya Dana Ajar PertanyaanSalah satu penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia adalah.…Salah satu penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia adalah.…kurangnyan buku-buku di sekolahkurangnya gedung sekolahkurangnya tenaga guru di desapendapatan masyarakat rendahsebagian besar penduduk Indonesia berada di desaDJMahasiswa/Alumni Universitas Negeri SemarangJawabanjawaban yang benar adalah yang benar adalah rendahnyatingkatpendidikan di Indonesiayaitu diantaranya rendahnyatingkat kesadaran akan pentingnyapendidikandan memilih untuk bekerja saja. Kurangnya biaya dan biaya sekolah yang mahal sedangkan kebutuhan masih kurang, serta kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan. Jadi, jawaban yang benar adalah rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia yaitu diantaranya rendahnya tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan dan memilih untuk bekerja saja. Kurangnya biaya dan biaya sekolah yang mahal sedangkan kebutuhan masih kurang, serta kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan. Jadi, jawaban yang benar adalah D. Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!3rb+Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!
Namun capaian ini belum maksimal karena masih di atas target pemerintah yaitu 2,1 anak per keluarga. Salah satu penyebab tingginya kelahiran di Indonesia adalah rendahnya jumlah akseptor keluarga
mahalnya biaya pendidikan di Indonesia. kurang merata nya penyebaran sekolah di tempat tempat terpencil. kurangnya minat siswa yang kurang mampu. Apa yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia? Penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia yaitu diantaranya rendahnya tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan dan memilih untuk bekerja saja. Kurangnya biaya dan biaya sekolah yang mahal sedangkan kebutuhan masih kurang, serta kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan. Faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pendidikan Indonesia? Faktor Keluarga. Faktor Sekolah. Faktor Lingkungan. Faktor Fisiologis. Faktor Psikologis. Apa akibat pendidikan yang rendah? Dampak dari rendahnya kualitas pendidikan tersebut yakni rendahnya mutu sumberdaya manusia yakni rendahnya produktivitas dan rendahnya daya saing. Sejalan dengan itu, Hasibuan 2003144 menyatakan bahwa “Sumberdaya manusia menjadi unsur pertama dan utama dalam setiap aktivitas yang dilakukan”. Apa saja hal yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia brainly? Efektifitas Pendidikan Di Indonesia. report flag outlined. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia. Standardisasi Pendidikan Di Indonesia. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik. Rendahnya Kualitas Guru. Rendahnya Kesejahteraan Guru. Rendahnya Prestasi Siswa. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan. Apa yang menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan di Indonesia? Beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat kesehatan di Indonesia Gizi kurang atau rendah. Banyaknya penyakit menular. Sarana dan pelayanan kesehatan kurang memadai dan tidak merata. Bagaimana cara mengatasi rendahnya tingkat pendidikan? Menyediakan fasilitas pendidikan yang lengkap dan merata di setiap daerah. Memberikan bantuan beasiswa. Menyediakan sekolah gratis bagi yang tidak mampu. Meningkat kualitas tenaga pendidik Guru . Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pendidikan? Perkembangan iptek dan seni. Laju pertumbuhan penduduk. Aspirasi masyarakat. Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. Apa saja faktor faktor yang paling menentukan kehidupan dan kemajuan pendidikan? Kualitas Guru. Memang kita akui banyak guru Indonesia berkualitas, hanya persebarannya yang mungkin belum merata. Kurikulum yang Rumit. Anggaran Pendidikan. Regulasi Pendidikan. Apa saja faktor yang menyebabkan pendidikan suatu negara dapat dikatakan berhasil? Keberhasilan pendidikan jika enam komponen berhasil dilaksanakan antara lain, Faktor Media Pembelajaran, Faktor Sarana dan Prasarana, Kurikulum, Infratruktur, Tenaga Pengajar dan Kepala Sekolah, Minin menjelaskan. Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan kita? Sedangkan menurut Hasbullah 2005 bahwa penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah berasal dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti motivasi, konsep diri, minat, kemandirian belajar. Sedangkan faktor eksternal seperti sarana prasarana, guru, orangtua, dan lain-lain. Apa yang menyebabkan rendahnya kualitas guru? Faktor utama yang menyebabkan kualitas guru di Indonesia rendah adalah kurang maksimalnya manajemen sumber daya manusia dalam perekrutan guru. Apa saja yang menjadi problematika pendidikan di Indonesia? Berbagai masalah pendidikan di indonesia ini sangatlah banyak diantaranya dari segi 1 rendahnya layanan pendidikan di Indonesia,2 rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, 3 rendahnya mutu pendidikan tinggi di Indonesia, 4 rendahnya kemampuan literasi anak-anak Indonesia. Faktor apa sajakah yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan penduduk Indonesia dan bagaimana cara pemerintah untuk mengatasinya? Rendahnya Kualitas Sarana Fisik. Rendahnya Kualitas Guru. Rendahnya Prestasi Siswa. Kurangnya Pemerataan Kesempatan memperoleh Pendidikan. Rendahnya Kesejahteraan Guru. mahalnya biaya pendidikan. Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia saat ini? Beradasarkan data yang dipublikasi oleh World Population Review, pada tahun 2021 lalu Indonesia masih berada di peringkat ke-54 dari total 78 negara yang masuk dalam pemeringkatan tingkat pendidikan dunia. Permasalahan apa yang terjadi di Indonesia di bidang kesehatan? Masalah kesehatan tersebut antara lain Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi AKI/AKB, pengendalian Stunting, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Germas, dan Tata Kelola Sistem Kesehatan. Bahasan 5 masalah kesehatan tersebut di arahkan pada konteks pendekatan promotif dan preventif. Apakah tingkat kesehatan di Indonesia tergolong dalam tingkatan yang tinggi? Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tingkat kesehatan penduduk Indonesia masih tergolong rendah. Rendahnya tingkat kesehatan penduduk ini, antara lain dipengaruhi oleh faktor makanan, lingkungan, fasilitas kesehatan, dan ketersediaan tenaga medis perawatan dan dokter. Bagaimana cara mengatasi kekurangan sistem pendidikan di Indonesia? Bagaimana mengatasi masalah pendidikan di Indonesia? Cara mengatasi masalah pendidikan di indonesia? mempekerjakan guru yang profesional. mengadakan pelatihan untuk para guru agar dapat mengajar lebih baik. mendirikan sekolah sekolah di setiap pelosok negeri. References Pertanyaan Lainnya1Apa saja ciri ciri pasar input?2Pelayanan kesehatan meliputi apa saja?3Pembagian daging akikah berbeda dengan pembagian daging kurban Adapun ketentuan pembagian daging akikah dalam kondisi?4Apa saja cara pembayaran internasional?5Apakah yang membedakan antara gymnospermae dan angiospermae?6Apa saja manfaat dari dilakukannya penilaian terhadap kinerja?7Apa yang dimaksud dengan benang katun?8Apa yang menjiwai semangat kelahiran orde baru pada awalnya?9Seperti apa bentuk otot lurik?10Apa saja ciri karya seni rupa 3 dimensi?
Dilansirdari data penelitian yang dilakukan United Nations Development Programme (UNDP), tingkat pendidikan berdasarkan Indeks Penmbangunan Manusia (IPM) di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu 14,6%. Persentase ini jauh lebih rendah daripada Malaysia yang mencapai angka 28% dan Singapura yang mencapai angka 33%. - -
- Pendidikan menjadi suatu hal penting dan prioritas di berbagai negara. Namun, sebagian negara di dunia masih ada yang mengalami ketertinggalan dalam bidang pendidikan. Kondisi ketertinggalan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Apabila faktor penyebab ini dapat ditangani dengan baik, kualitas pendidikan suatu negara bisa meningkat ke arah yang lebih penyebab Faktor penyebab sebagian negara-negara di dunia masih tertinggal dalam hal pendidikan antara lain tidak memadainya fasilitas pendidikan, serta keahlian guru atau tenaga pendidik yang tidak sesuai. Berikut penjelasannya Faktor internal Beberapa faktor internal yang menjadi penyebab sebagian negara-negara di dunia masih tertinggal dalam hal pendidikan, yakni Keahlian guru atau tenaga pendidik yang tidak sesuai Menurut Zulkarnaen dan Ari Dwi Handoyo dalam jurnal Faktor-Faktor Penyebab Pendidikan Tidak Merata di Indonesia 2019, tidak sesuainya keahlian guru atau tenaga pendidik saat mengajar, dapat menyebabkan kualitas pendidikan guru IPA mengajar IPS, guru olahraga mengajar matematika, dan lainnya. Ketika guru atau tenaga pendidik mengajar tidak sesuai bidang atau keahliannya, maka apa yang diajarkan guru menjadi kurang mendalam. Akibatnya kualitas pendidikan menurun. Baca juga Dampak Ditemukan Komputer dalam Bidang Pendidikan Tidak memadainya fasilitas pendidikan Dikutip dari buku Mewujudkan Kemandirian Indonesia melalui Inovasi Dunia Pendidikan 2021 karya Arif Ganda Nugroho dan teman-teman, rendah atau tidak memadainya fasilitas sarana dan prasarana juga menyebabkan kualitas pendidikan menjadi tertinggal. Contohnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan di sekolah, seperti laboratorium, perpustakaan, buku pelajaran, papan tulis, meja dan kursi, dan masih banyak lagi. Tidak memadainya fasilitas ini bisa disebabkan oleh rendahnya anggaran pendidikan. Tidak meratanya pendidikan Artinya tidak semua wilayah di sebuah negara dapat dijangkau oleh fasilitas pendidikan, seperti tenaga pengajar dan fasilitas sekolah. Faktor eksternal Beberapa faktor eksternal yang menjadi penyebab sebagian negara-negara di dunia masih tertinggal dalam hal pendidikan, yaitu Kesadaran masyarakat untuk menempuh pendidikan Tingkat kesadaran masyarakat untuk menempuh pendidikan juga menjadi faktor penyebab sebagian negara di dunia masih tertinggal dalam bidang pendidikan. Kesadaran masyarakat berarti kemauan untuk menyekolahkan anak-anaknya atau menempuh pendidikan. Baca juga Pengaruh Positif dan Negatif Informasi Pendidikan dari Televisi Kualitas biaya pendidikan yang mahal Mahalnya biaya pendidikan membuat tidak semua orang mampu dan mau untuk sekolah. Akibatnya orang lebih memilih bekerja dibanding menempuh pendidikan. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
48 Seseorang yang tidak mempunyai rumah tetap. 49. Reboisasi. 50. Membantu menolong dan memperhatikan. Update Soal, Sebagai tambahan referensi, ada soal yang lebih baru, Buka : 45 Soal Pilihan Ganda Tentang Masalah Sosial (IPS SD) + Jawaban. Jawaban Soal Pilihan ganda.
image source Mengapa pendidikan di Indonesia berada di tingkat yang rendah? Ini adalah pertanyaan yang sering diajukan oleh kalangan pemerhati pendidikan. Masalah pendidikan di Indonesia sudah menjadi isu utama selama bertahun-tahun. Kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah, meskipun ada usaha-usaha untuk meningkatkannya. Hal ini bisa dilihat dari hasil ujian nasional, dimana sebagian besar siswa Indonesia belum memenuhi syarat untuk lulus. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, namun masih ada banyak masalah yang harus diatasi. Berikut adalah beberapa alasan mengapa pendidikan di Indonesia masih rendah. Kurangnya Dukungan Pemerintah Salah satu alasan mengapa pendidikan di Indonesia berada di tingkat yang rendah adalah karena kurangnya dukungan pemerintah. Pemerintah tidak memberikan dana yang cukup untuk sekolah-sekolah di Indonesia. Hal ini menyebabkan sekolah-sekolah di Indonesia tidak memiliki cukup dana untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sekolah-sekolah tidak dapat membeli buku atau peralatan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Selain itu, pemerintah juga tidak menyediakan cukup dana untuk mengumpulkan tenaga pengajar yang berkualitas. Hal ini menyebabkan banyak sekolah tidak memiliki tenaga pengajar yang berkualitas. Karena itu, pendidikan di Indonesia masih berada di tingkat yang rendah. Kurangnya Dukungan Masyarakat Satu lagi alasan mengapa pendidikan di Indonesia berada di tingkat yang rendah adalah karena kurangnya dukungan masyarakat. Masyarakat di Indonesia masih memiliki pandangan bahwa pendidikan adalah hal yang tidak penting. Mereka lebih memilih untuk berinvestasi di bidang lain seperti usaha kecil atau properti. Mereka juga tidak memiliki motivasi untuk mengirim anak-anak mereka ke sekolah. Hal ini menyebabkan tingkat partisipasi sekolah di Indonesia rendah. Selain itu, banyak orang di Indonesia juga masih memiliki pandangan bahwa pendidikan hanya diperlukan untuk mendapatkan pekerjaan. Mereka tidak memandang pendidikan sebagai cara untuk belajar dan mengembangkan diri. Hal ini turut berkontribusi pada tingkat pendidikan yang rendah di Indonesia. Kurangnya Akses ke Pendidikan Tinggi Kurangnya akses ke pendidikan tinggi juga menjadi salah satu alasan mengapa pendidikan di Indonesia berada di tingkat yang rendah. Di Indonesia, hanya sebagian kecil masyarakat yang memiliki akses ke pendidikan tinggi. Hal ini disebabkan karena kurangnya ketersediaan fasilitas pendidikan tinggi di Indonesia. Selain itu, biaya yang dibutuhkan untuk masuk ke sekolah tinggi di Indonesia juga cukup tinggi. Hal ini membuat banyak orang enggan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Akibatnya, tingkat pendidikan di Indonesia masih berada di tingkat yang rendah. Kurangnya Program Pendidikan di Sekolah-sekolah Kurangnya program pendidikan di sekolah-sekolah juga menjadi salah satu alasan mengapa pendidikan di Indonesia berada di tingkat yang rendah. Sekolah-sekolah di Indonesia masih menggunakan metode pengajaran yang konvensional dan kurang menarik. Hal ini menyebabkan banyak siswa yang bosan dengan pendidikan dan mengakibatkan mereka menjadi malas untuk belajar. Selain itu, banyak sekolah di Indonesia juga tidak memiliki program untuk membantu siswa lulus ujian. Hal ini membuat siswa kurang siap untuk menghadapi ujian nasional. Karena itu, pendidikan di Indonesia masih berada di tingkat yang rendah. Kurangnya Kualitas Guru Satu lagi alasan mengapa pendidikan di Indonesia berada di tingkat yang rendah adalah kurangnya kualitas guru. Di Indonesia, banyak guru yang belum memiliki pendidikan yang tepat untuk mengajar siswa. Selain itu, banyak guru di Indonesia yang lebih memilih untuk mengajar di sekolah swasta yang lebih menguntungkan daripada mengajar di sekolah-sekolah negeri. Hal ini menyebabkan banyak sekolah di Indonesia tidak memiliki tenaga pengajar yang berkualitas. Akibatnya, kualitas pendidikan di Indonesia masih berada di tingkat yang rendah. Kurangnya Akses ke Teknologi Kurangnya akses ke teknologi juga menjadi salah satu alasan mengapa pendidikan di Indonesia berada di tingkat yang rendah. Di Indonesia, banyak sekolah yang masih belum memiliki akses ke teknologi. Hal ini membuat siswa kurang dapat belajar tentang teknologi. Selain itu, banyak sekolah di Indonesia juga tidak memiliki akses ke internet. Hal ini membuat siswa kurang dapat mencari informasi yang diperlukan untuk belajar. Akibatnya, tingkat pendidikan di Indonesia masih berada di tingkat yang rendah. Kurangnya Keterampilan Soft Skill Kurangnya keterampilan soft skill juga menjadi salah satu alasan mengapa pendidikan di Indonesia berada di tingkat yang rendah. Di Indonesia, banyak sekolah yang masih belum mengajarkan soft skill seperti komunikasi, kerja tim, dan pemecahan masalah. Hal ini membuat siswa kurang dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi dunia kerja. Selain itu, banyak sekolah di Indonesia juga tidak memiliki program untuk membantu siswa mengembangkan soft skill. Akibatnya, tingkat pendidikan di Indonesia masih berada di tingkat yang rendah. Kesimpulan Mengapa pendidikan di Indonesia berada di tingkat yang rendah? Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya dukungan pemerintah, kurangnya dukungan masyarakat, kurangnya akses ke pendidikan tinggi, kurangnya program pendidikan di sekolah-sekolah, kurangnya kualitas guru, kurangnya akses ke teknologi, dan kurangnya keterampilan soft skill. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia agar Indonesia dapat mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi di tahun 2022.
FAKTORFAKTOR PENYEBAB SISWA PUTUS SEKOLAH . Mujiati P 1 P, Nasir P 2 P, Ayu Ashari P 3. Universitas Muhammadiyah Kendari . mujiati46@ 1 P, dhion_zir@yahoo.com P 2. ABSTRAK Rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia mendorong timbulnya berbagai permasalahan sosial yang kian hari semakin meresahkan bangsa Indonesia. Salah satu faktor PAPER FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh Ika Sri Purnamasari PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER Semester Genap 2011-2012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal tersebut terlihat bahwa di Indonesia kurang memperhatikan adanya pendidikan di Indonesia. Pemerintah selalu sibuk dengan urusan yang lainnya, sehingga acuh tak acuh dalam menghadapi permasalahan pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, banyak masalah yang muncul akibat rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia tersebut. Seperti rendahnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar. Salah satunya yaitu memasuki abad ke- 21 arus globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajuan IPTEK dan perubahan yang telah terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang luas dan modern, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara-negara yang lain. Saat ini yang kita rasakan adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itu diperoleh setelah kita membandingkan pendidikan di negara kita dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penyokong dalam meningkatkan sumber daya manusia SDM di Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia SDM di Indonesia yang tidak kalah berkompetisi atau bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Setelah kita amati, terlihat jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, dan mahalnya biaya pendidikan. Permasalahan-permasalahan tersebut akan dibahas dalam makalah yang berjudul “Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia” ini. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana ciri-ciri pendidikan di Indonesia? 2. Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia? 3. Apa saja penyebab yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia? 4. Bagaimana cara mengatasi permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia tersebut? C. Tujuan Penulisan Untuk mengetahui ciri-ciri pendidikan di Indonesia. Untuk mengetahui kualitas pendidikan di Indonesia saat ini. Untuk mengetahui penyebab yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Untuk mendiskripsikan solusi yang dapat diberikan pada permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia. D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Pemerintah Bisa dijadikan sebagai sumbangsih dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. 2. Bagi Guru Bisa dijadikan sebagai acuan dalam mengajar agar para peserta didiknya dapat berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang. 3. Bagi Mahasiswa Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya. BAB II PEMBAHASAN A. Ciri-ciri Pendidikan di Indonesia Cara melaksanakan pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari tujuan pendidikan di Indonesia, sebab pendidikan di Indonesia yang dimaksud ialah pendidikan yang dilakukan di bumi Indonesia untuk kepentingan bangsa Indonesia. Aspek ketuhanan sudah dikembangkan dengan banyak cara seperti melalui pendidikan-pendidikan agama di sekolah maupun di perguruan tinggi, melalui ceramah-ceramah agama di masyarakat, melalui kehidupan beragama di asrama-asrama, melalui mimbar-mimbar agama dan ketuhanan di televisi, radio, media cetak dan sebagainya. Bahan-bahan yang terkandung dalam media-media itu akan terserap dan akan berintegrasi dalam jiwa para siswa/mahasiswa. Pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi melalui bidang studi yang mereka pelajari. Pikiran para siswa/mahasiswa diasah melalui pemecahan soal-soal, pemecahan berbagai masalah, menganalisis sesuatu serta menyimpulkannya. B. Kualitas Pendidikan di Indonesia Seperti yang telah kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia semakin memprihatinkan. Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana dan prasarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru tentuya mempunyai harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Memang, guru-guru saat ini kurang kompeten dan kurang profesional. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi masalah gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang pensiun. Sarana dan prasarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang. Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai untuk hidup dan kerja mereka. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya disebabkan kurang adanya guru dan sekolah. Presiden memaparkan beberapa langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, antara lain yaitu v Langkah pertama yang akan dilakukan pemerintah, yakni meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di Indonesia. Tolak ukurnya dari angka partisipasi. v Langkah kedua, menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti ketidakmerataan di desa dan kota, serta jender. v Langkah ketiga, meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional. v Langkah keempat, pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di bidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan. v Langkah kelima, pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti menambah jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah. v Langkah keenam, pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan. v Langkah ketujuh, adalah penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan. v Langkah terakhir, pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa menikmati fasilitas penddikan. Dalam kenyataannya, langkah-langkah yang dipaparkan oleh presiden masih belum terealisasikan dengan seutuhnya dalam pendidikan di Indonesia. C. Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia secara umum, yaitu 1. Efektifitas Pendidikan Di Indonesia Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik dosen, guru, instruktur, dan trainer dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna. Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika kita menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa tujuan kita. Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan dibidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya ingin dianggap hebat oleh orang lain. Dalam pendidikan di sekolah menengah misalnya, seseorang yang mempunyai kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia. 2. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah disepakati. Beberapa masalah efisiensi pengajaran di Indonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pengajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik. Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bagi kita. Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih randah jika kita bandingkan dengan Negara lain yang tidak mengambil sistem free cost education. Namun mengapa kita menganggap pendidikan di Indonesia cukup mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini jika penghasilan rakyat Indonesia cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidikan. Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tentang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri kita, memang sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran seeperti DANA BOS, namun yang diperlukan peserta didik bukan hanya itu saja, melainkan kebutuhan lainnya seperti buku teks pengajaran atau buku paduan, alat tulis, seragam dan lain sebagainya. Dan hal itu diwajibkan oleh pendidik yang bersangkutan. Yang mengherankan lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik tersebut. Itu juga merupakan masalah bagi peserta didik. Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah waktu pengajaran. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari pukul dan diakhiri sampai pukul Hal tersebut jelas tidak efisien, karena memerlukan banyak waktu untuk peserta didik mengikuti proses pendidikan formal. Selain itu, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, ekstrakuriler, dan lain-lain. Jelas terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang. Masalah lain dari efisiensi pengajaran adalah mutu pengajar. Kurangnya mutu pengajar juga yang menyebabkan peserta didik kurang mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang juga membutuhkan biaya lebih. Kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya atau tidak pada keahliannya. Misalnya saja, seorang pengajar yang mempunyai dasar pendidikan di bidang matematika, namun dia mengajarkan kesenian yang sebenarnya bukan kompetensinya. Hal tersebut benar-benar terjadi jika kita melihat kondisi pendidikan di lapangan yang sebenarnya. Hal lain adalah pendidik tidak dapat mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga tidak mudah dimengerti dan tidak membuat tertarik peserta didik. Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Sangat disayangkan juga sistem pendidikan kita berubah-ubah sehingga membingungkan pendidik dan peserta didik. Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem pendidikan kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi yang mengubah proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga kurikulum baru lainnya. Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara pendidikan pengajar, dan pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga menambah biaya pendidikan. Sehingga sangat disayangkan jika terlalu sering mengganti kurikulum yang dianggap kurang efektif lalu langsung menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif. Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran atau output yang diinginkan dapat dihasilkan secara maksimal dengan hanya menggunakan masukan yang relative tetap, atau jika dengan masukan yang sekecil mungkin dapat menghasilkan keluaran atau output yang maksimal. Konsep efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknologis diterapkan dalam pencapaian kuantitas keluaran secara fisik sesuai dengan ukuran hasil yang sudah ditetapkan. Sementara efisiensi ekonomis tercipta jika ukuran nilai kepuasan atau harga sudah diterapkan terhadap keluaran. Konsep efisiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas. Efektivitas merupakan bagian dari konsep efisiensi karena tingkat efektivitas berkaitan erat dengan pencapaian tujuan relative terhadap harganya. Apabila dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka suatu program pendidikan yang efisien cenderung ditandai dengan pola penyebaran dan pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang sudah ditata secara efisien. Program pendidikan yang efisien adalah program yang mampu menciptakan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan sehingga upaya pencapaian tujuan tidak mengalami hambatan. 3. Standardisasi Pendidikan Di Indonesia Jika kita ingin meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil. Dunia pendidikan terus berubah seiring dengan perubahan zaman. Kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat terus-menertus berubah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam dunia modern dalam era globalisasi saat ini. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki atau dipenuhi oleh seseorang dalam suatu lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar. Dan Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan BSNP. Tinjauan terhadap standardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu pendidikan akhirnya membawa bahaya yang tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkepung oleh standar kompetensi saja sehingga kehilangan makna dan tujuan dari pendidikan tersebut. Peserta didik di Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaimana agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpenting adalah memenuhi nilai di atas standar yang telah ditentukan saja. Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Selain itu, akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai ataukah belum. Misalnya dalam kasus UAN atau Ujian Akhir Nasional yang hampir selalu menjadi kontroversi. Penilaian sistem evaluasi seperti UAN sudah cukup baik, namun yang disayangkan adalah evaluasi pendidikan seperti itu yang menentukan lulus atau tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan yang hanya dilaksanakan satu kali saja tanpa melihat proses yang telah dilalui oleh peserta didik yang telah menempuh proses pendidikan selama beberapa tahun. Selain hanya berlangsung satu kali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi beberapa bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh peserta didik. UAN dinilai merupakan sistem yang kurang tepat. Tak bisa dipungkiri, sistem pendidikan di negara ini terbilang masih kacau. Hal ini bisa dilihat dari hasil dari sistem tersebut, dimana masih belum bisa memaksimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap siswa. Siswa yang pintar hanya dalam semua mata pelajaranlah dan sering mendapatkan nilai tertinggilah yang menjadi patokan apakah siswa tersebut memenuhi keriteria dari sistem tersebut. Tentunya hal ini tidaklah adil bagi seluruh siswa. Siswa dengan berbagai karakter dipaksa mengikuti sistem dan cara belajar yang sama. Padahal tidak semua siswa memiliki satu jenis cara mereka dalam menyerap ilmu. Yang selama ini kita lihat di sekolah-sekolah, guru menerangkan, murid mendengar lalu latihan. Metode ini dianggap sudah ketinggalan zaman dan terlalu kaku. Dan yang paling fatal mudah sekali menghilangkan minat belajar pada siswa. Memang ada beberapa karakter siswa yang bisa atau malah mudah dengan metode belajar seperti itu, namun sekali lagi tidak sedikit pula siswa yang tidak bisa menyerap materi pelajaran dengan metode seperti itu karena itu tadi perbedaan karakter dan ditambah pola pendidikan berbeda yang diterapkan oleh orang tua masing-masing siswa. Perlu diketahui bahwa metode belajar setiap manusia berbeda-beda sesuai dengan karakter mereka, ada tipe belajar secara visual, lingual, pendengaran, analisis, debat, individu, kelompok dan lain-lain. Untuk itu ada baiknya sistem pendidikan yang seperti itu diubah yaitu dengan menganalisis kebutuhan belajar serta metode belajar yang tepat bagi siswa sebelum siswa tersebut masuk ke jenjang sekolah, lalu mengelompokan siswa ke beberapa kelompok sesuai dengan kebutuhan dan metode belajar yang dapat diterima siswa. Dengan begitu potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap siswa dapat tergali lagi dengan maksimal. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Tentunya hal tersebut dapat kita ketahui jika kita menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar permasalahannya, kita dapat memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia sehingga menjadi lebih baik lagi. Selain beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di atas, berikut ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. 1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya. Menurut detik news 2009, Data Balitbang Depdiknas 2003 menyebutkan untuk satuan SD terdapat lembaga yang menampung siswa serta memiliki ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak atau 42,12% berkondisi baik, atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama. 2. Rendahnya Kualitas Guru Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sebagai berikut untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% negeri dan 28,94% swasta, untuk SMP 54,12% negeri dan 60,99% swasta, untuk SMA 65,29% negeri dan 64,73% swasta, serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% negeri dan 58,26% swasta. Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas 1998 menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas 3,48% berpendidikan S3. Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru. 3. Rendahnya Kesejahteraan Guru Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Berdasarkan survei FGII Federasi Guru Independen Indonesia pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya Republika, 13 Juli, 2005. Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen PNS agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas. Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai taraf ideal. Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70 persen dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen Pikiran Rakyat 9 Januari 2006. 4. Rendahnya Prestasi Siswa Dengan keadaan yang demikian itu rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study TIMSS 2003 2004, siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat. Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United Nations for Development Programme UNDP juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya. Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia Greaney,1992, studi IEA Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD 75,5 Hongkong, 74,0 Singapura, 65,1 Thailand, 52,6 Filipina, dan 51,7 Indonesia. Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda. Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 IEA, 1999 memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75. 5. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni APM untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% 28,3 juta siswa. Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% 9,4 juta siswa. Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut. 6. Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS 1996 yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja. 7. Mahalnya Biaya Pendidikan Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak TK hingga Perguruan Tinggi PT membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah. Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp — sampai Rp Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta. Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS Manajemen Berbasis Sekolah. MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, “sesuai keputusan Komite Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya. Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan RUU BHP. Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu Pemerintah secara mudah dapat melemparkan tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara BHMN. Munculnya BHMN dan MBS adalah beberapa contoh kebijakan pendidikan yang kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi favorit. Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sektor yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen Kompas, 10/5/2005. Dari APBN 2005 hanya 5,82% yang dialokasikan untuk pendidikan. Bandingkan dengan dana untuk membayar hutang yang menguras 25% belanja dalam APBN. Rencana Pemerintah memprivatisasi pendidikan dilegitimasi melalui sejumlah peraturan, seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, RUU Badan Hukum Pendidikan, Rancangan Peraturan Pemerintah RPP tentang Pendidikan Dasar dan Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar. Penguatan pada privatisasi pendidikan itu, misalnya, terlihat dalam Pasal 53 1 UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Sisdiknas. Dalam pasal itu disebutkan, penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan. Seperti halnya perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk diinvestasikan dalam operasional pendidikan. Koordinator LSM Education Network for Justice ENJ, Yanti Mukhtar Republika, 10/5/2005 menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan miskin. Hal senada dituturkan pengamat ekonomi Revrisond Bawsir. Menurut dia, privatisasi pendidikan merupakan agenda Kapitalisme global yang telah dirancang sejak lama oleh negara-negara donor lewat Bank Dunia. Melalui Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan RUU BHP, Pemerintah berencana memprivatisasi pendidikan. Semua satuan pendidikan kelak akan menjadi badan hukum pendidikan BHP yang wajib mencari sumber dananya sendiri. Hal ini berlaku untuk seluruh sekolah negeri, dari SD hingga perguruan tinggi. Bagi masyarakat tertentu, beberapa PTN yang sekarang berubah status menjadi Badan Hukum Milik Negara BHMN itu menjadi momok. Jika alasannya bahwa pendidikan bermutu itu harus mahal, maka argumen ini hanya berlaku di Indonesia. Di Jerman, Prancis, Belanda, dan di beberapa negara berkembang lainnya, banyak perguruan tinggi yang bermutu namun biaya pendidikannya rendah. Bahkan beberapa negara ada yang menggratiskan biaya pendidikan. Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk cuci tangan’. D. Solusi dari Permasalahan-permasalahan Pendidikan di Indonesia Menurut Prof. Dr. Made. Pidarta 2004, untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme mazhab neoliberalisme, yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan. Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintahlah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara. Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa. Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, meningkatkan keprofesionalan guru, meningkatkan kompetensi-kompetensi yang dimiliki guru dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Misalnya rendahnya prestasi siswa diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga, sarana dan prasarana pendidikan, dan sebagainya. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila di bandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan. Masalah-masalah lainnya yang menjadi penyebabnya yaitu rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, dan mahalnya biaya pendidikan. Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, dan meningkatkan kualitas profesionalisme guru serta prestasi siswa. B. Saran Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan pada sistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional. DAFTAR PUSTAKA v Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta PT Rineka Cipta. v Anonim. 2009. Efektifitas Pendidikan Di Indonesia. Diakses dari . Tanggal 16 Mei 2012. v Anonim. 2009. Sistem Pendidikan. Diakses dari . Tanggal 16 Mei 2012. v Anonim. 2007. Masalah Pendidikan Di Indonesia. Diakses dari . Tanggal 16 Mei 2012. v Anonim. 2008. Efektivitas Dan Efisiensi Anggaran. Diakses dari . Tanggal 16 Mei 2012. v Medyarizkadani. 2012. Masalah Utama Dunia Pendidikan. Diakses dari Tanggal 16 Mei 2012. v Anonim. 2005. Mahalnya Biaya Pendidikan. Diakses dari Tanggal 16 Mei 2012. Dilihatdari segi ekonomi, penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia adalah?. Question from @widyannisa06 - Sekolah Menengah Pertama - Geografi Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Mutu pendidikan di Indonesia sekarang ini sungguh mengkhawatirkan, bahkan di tingkat Asia Tenggara saja kita tak mampu bersaing kita termasuk terendah dari 7 negara di Asia Tenggara, bahkan mutu Pendidikannya di bawah Malasyia bahkan Vietnam yang merdeka baru beberapa dulunya Malasyia belajar dari kita untuk meningkatkan mutu pendidikan di negaranya, tetapi sekarang jauh meninggalkan kita, sungguh ironi dan tamparan yang cukup menyakitkan. Menurut penelitian pada tahun 2005 Indonesia menempati ranking 10 dari 14 negara berkembang di Asia Fasifik. Thailand yang dilanda krisis justru menenpati ranking pertama kemudian disusul Malaysia, Sri Langka, Filipina, Cina, Vietnam, Bangladesh, Kamboja, India, Indonesia, Nepal, Papua Nugini, Kep. Solomon, dan Pakistan. Indonesia mendapat nilai 42 dari 100 dan memiliki rata-rata E. Untuk aspek penyediaan pendidikan dasar lengkap, Indonesia mendapat nilai C dan menduduki peringkat ke 7. Pada aspek aksi negara, RI memperoleh huruf mutu F pada peringkat ke 11. Sedangkan aspek kualitas input/pengajar, RI diberi nilai E dan menduduki peringkat paling buncit alias ke 14. Indonesia hanya bagus pada aspek kesetaraan jender B dan kesetaraan keseluruhan yang mendapat nilai B serta mendapat peringkat 6 dan 4. “Sangat ironis karena Thailand yang mengalami krisis bisa menempatkan diri menjadi rangking satu,” ujar aktivis LSMEducation Network for Justice E-Net, M Firdaus, saat menjadi pembicara dalam seminar pendidikan mengenai laporan ini di Gedung YTKI, Jl Gatot Soebroto, Jakarta Selatan, Rabu 29/6/2005.Adapun penyebab rendahnya mutu pendidikan di negara kita adalah sebagai berikut 1. Rendahnya kualitas pendidik atau pengajar. Pendidik seharusnya seharusnya harus mempunyai motivasi untuk memperbaharui keilmuannya dengan lebih banyak membaca dari media tulis maupun dari media elektronik. Maka tidak heran bila guru senior ilmunya ketinggalan oleh guru muda atau guru yang lebih muda, baik usianya maupun pengalaman kerjanya. Jadi bagaiman kulitas pendidikan akan meningkat bila gurunya enggan Kurangnya sarana dan prasarana belajar. Guru sebagai pendidik dituntut harus selalu menggunakan alat peraga untuk setiap melaksanakan KBM. Mungkin bisa diatasi dengan membuat alat peraga sederhana, tapi tidak semua guru bisa membuat alat peraga. Jadi alangkah baiknya bila pemerintah yang menyediakan alat peraga semua mata pelajaran berikut petunjuk pemakaiannya. Juga terbatasnya buku sumber dan buku penunjang pembelajaran baik bagi siswa maupun bagi guru turut andil dalam rendahnya mutu Kurang relevannya kurikulum yang dibuat pemerintah khususnya untuk daerah terpencil atau daerah pedesaan. Karena biasanya sebelum kurikulum itu diberlakukan diuji cobanya selalu di daerah perkotaan saja, tidak pernah di uji coba di daerah terpencil atau di pedesaan. Seharusnya kurikulum itu diuji coba juga di pedesaan terpencil selain di perkotaan sebagai pembanding. Baru dianalisis kelebihan dan Kurang pedulinya pihak orang tua siswa terhadap pendidikan anaknya khususnya di daerah pedesaan. Seharusnya orang tua siswa sepenuhnya membebankan pendidikan anaknya terhadap guru, karena guru mendidik anak hanya sekitar 5 – 7 jam di sekolah. Orang tua siswa harus memperhatikan anaknya di rumah, tanyakan apakah ada PR tidak ? Kalau ada PR suruh dikerjakan bila perlu dan bisa alangkah baiknya bila orang tua membimbing anaknya dalam membuat PR. Bila tidak ada PR tetap anak disuruh belajar walau besoknya tidak ada ulangan atau tes formatip maupun Siswa kurang motivasi dalam belajar, bila hal ini terjadi ini adalah tugas bersama yaitu guru dan orang tua untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajaran. Beri pengertian dengan bahasa sederhana dan komunikatif pentingnya belajar untuk bekal hidup dan masa depan sebagai jembatan untuk menuju Dampak buruk dari alat elektronik seperti televisi dan Play Station atau game. Seharusnya televisi mempunyai dampak positip terhadap ilmu pengetahuan. Tetapi kebanyakan anak bahkan orang tua kurang senang menonton berita, mereka lebih senang menonton sinetron atau acara gosip. Seharusnya anak dibimbing dan dibatasi waktunya menonton televisi. Anak juga jangan sampai kecanduan bermain game hingga lupa pada tugasnya untuk belajar, main game juga perlu dibatasi waktunya misalnya hanya pada hari libur saja dengan durasi waktu maksimal 2 Lihat Pendidikan Selengkapnya 3 Jelaskan berbagai permasalahan kependudukan di Indonesia dilihat dari segi kualitas! Jawaban: berbagai permasalahan kependudukan di Indonesia dilihat dari segi kualitas antara lain tingkat kesehatan dan tingkat pendidikan yang rendah. 4. Sebutkan beberapa dampak dari jumlah penduduk yang besar! Faktor Penyebab Rendahnya Pendidikan Di Indonesia – Menurut Prof. Motivasi berpengaruh positif dengan faktor 2, rata-rata jika motivasi meningkat satu poin maka tingkat pendidikan akan meningkat 2 derajat. Bahkan mereka yang memungut biaya lebih dari Rp. 1 juta. Beri tahu saya tentang komentar pendidikan baru. Kenali faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia – Salah satu masalah utama negara kita adalah masalah pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas penduduk. Faktor Penyebab Rendahnya Pendidikan Di Indonesia Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Secara umum, tingkat pendidikan penduduk Indonesia masih tergolong rendah. Namun tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia, dari tahun ke tahun selalu diupayakan untuk memperbaiki latar belakang Partindo. Pdf Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Partisipasi Anak Usia 4 6 Tahun Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini Di Kota Medan Permasalahan yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia antara lain adalah sebagai berikut kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, sehingga bukan menjadi faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia, sekolah terlalu tinggi terutama untuk kalangan anak bungsu. Pendapatan per kapita yang rendah, sehingga orang tua tidak bisa lagi menyekolahkan anaknya, atau bahkan tidak menyekolahkannya sama sekali. Sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai, terutama di daerah pedesaan dan terpencil. Keterbatasan anggaran dan kemampuan pemerintah untuk menggarap program pendidikan yang tersedia bagi masyarakat. Orang-orang jam berapa perbatasan blaine dibuka yang ingin berbagi informasi seperti menggunakan pekarangan untuk menanam ternak secara organik. Selain banyak faktor dalam dunia pendidikan, berikut adalah faktor-faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia Facebook sharing. Bagikan di Twitter. Aktor anonim bersedia berbagi informasi, seperti menggunakan pekarangan untuk menanam tegakan hidup secara organik. Subscribe Faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Pendidikan Indonesia Komentar di postingan Atom. Download artikel terbaru Schoolwork – 7 pertanyaan tentang perubahan sosial yang terjadi di masyarakat – Berikut adalah beberapa pertanyaan terkait Contoh ucapan perpisahan untuk senior di acara perpisahan – Di acara perpisahan, biasanya salah satu acara menyapa Contoh kalimat utama dan ide utama. Ide pokok atau main idea adalah pernyataan yang menjadi inti dari suatu pembahasan. Kunci Jawaban Ips Kurtilas 2013 Gagasan utama terkandung dalam kalimat utama di setiap “Bicara tentang contoh masalah sosial yang tersembunyi!” Berikan contoh masalah sosial yang dominan dan tersembunyi Ya, Struktur biji tanaman. Reproduksi tumbuhan yang salah satunya pemanfaatan chi dapat dipulihkan adalah struktur benih tumbuhan yang perlu kita ketahui. Benihnya adalah negara kita yang menganut ideologi demokrasi pancasila, yaitu demokrasi Hal ini terlihat dari hasil sistem yang masih belum dapat sepenuhnya memanfaatkan kemampuan masing-masing siswa. Jakarta Raja Griffindo Perseda. Filsafat Bahasa Pendidikan Faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia. Pertanyaan Serupa Perhatikan pernyataan berikut! Tapi mengapa menurut kami pendidikan di Indonesia cukup mahal? Banyak yang menjadi guru karena tidak diterima untuk spesialisasi lain atau karena kekurangan uang. Perkembangbiakan tumbuhan salah satunya dengan penggunaan benih merupakan struktur benih tumbuhan yang perlu kita ketahui. Penyebab rendahnya mutu pendidikan di negara kita adalah sebagai berikut 1. Faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia adalah fasilitas fisik, misalnya banyak faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia, kita sekolah dan universitas, bangunan rusak, rendahnya kepemilikan dan penggunaan alat peraga, buku perpustakaan tidak lengkap. Biaya kuliah mahal. Akun ini telah diretas. Sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai, terutama di daerah pedesaan dan terpencil. Dunia baru. Hal-hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seakan kehilangan makna karena terlalu banyak didorong oleh standar kompetensi. Setelah kami amati, ternyata permasalahan serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada berbagai jenjang pendidikan, pendidikan formal dan non formal. Tingkat pemecahan masalah tersebut di atas meliputi perubahan sistem sosial yang terkait dengan sistem pendidikan, peningkatan kualitas profesionalisme guru dan keberhasilan siswa. Pergelangan Tangan Cedera Faktur Pergelangan Tangan. Nomor kontak untuk informasi batasan fasilitas Low Ri Dalam hal fasilitas fisik, misalnya, banyak sekolah dan perguruan tinggi kita yang bangunannya rusak, rendahnya kepemilikan dan penggunaan media pembelajaran, serta buku-buku perpustakaan yang tidak lengkap. Alih-alih belajar, siswa lebih suka menyontek saat ujian. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Alamat Bungin, Burhan. Jelas, proses pendidikan yang panjang juga tidak efektif karena siswa akhirnya mengikuti pendidikan nonformal untuk melengkapi pendidikan rendah mereka yang dianggap kurang. Di sekolah menengah misalnya, seseorang yang diuntungkan secara sosial dan dipaksa untuk mengikuti kurikulum IPA membuat kesimpulan tentang keragaman suku, agama, dan masyarakat Indonesia, sehingga pengajaran kurang efektif dibandingkan dengan siswa yang mengikuti program studi di dengan bakat dan minat mereka. Salah satu faktor tersebut adalah rendahnya kualitas tenaga pengajar. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat tinggi, bahkan di tingkat Asia Tenggara kita tidak bisa bersaing, kita termasuk yang terendah dari 7 negara di Asia Tenggara. Perhatikan indikator berikut! Nutrisi. Kegembiraan tersebut bukan disebabkan oleh kualitas pendidikan nasional yang prima, tetapi oleh kesadaran akan bahaya ketertinggalan pendidikan di Indonesia. Kurangnya kurikulum yang dibuat oleh pemerintah terutama untuk daerah terpencil atau pedesaan. Misalnya, setelah istirahat, Anda terlambat masuk kelas, sehingga banyak jam pelajaran yang terbuang sia-sia. Pertanyaan Terkait Pernyataan di bawah ini benar Klik tautan ini untuk membaca persyaratan pembuat. Kelas. Kesalahannya, pengembangan kurikulum di Jakarta tidak mempertimbangkan kondisi penduduk daerah sekarang. Hamparan luas Indonesia. Salah satu gagasan terbaru dari Mendikbud tentang sistem pendidikan membuat masyarakat melihat kembali kualitas yang ada di Indonesia. Manajer dalam pelaksanaan tugas personel pengadaan. Tentang kami. Oleh karena itu, sebaiknya negara menyediakan buku pedoman untuk setiap mata pelajaran dengan petunjuk cara menggunakannya. Kajian terendah adalah analisis faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan dan faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Isi laporan. Rendahnya tenaga pendidik kita bukan menjadi faktor penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia untuk mempelajari kemungkinan masalah pada anak didiknya. Orang tua siswa hendaknya mempercayakan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru, karena guru yang mengajar anak hanya menjadi faktor penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia 5-7 jam di sekolah. Hanya mimpi jika menjadi faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia untuk program kesehatan. Kualitas Peringkat Konten Memberikan peringkat. Ikuti kami. Dan hasilnya didapat setelah membandingkannya dengan negara lain. Jangan jadi OTG dengan virus Corona, ini yang perlu kamu ketahui. Dan yang paling fatal adalah siswa mudah kehilangan minat belajar. Pada jenjang pendidikan tinggi, dari apa yang telah kita amati, terlihat jelas bahwa masalah serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, pendidikan formal maupun non formal. Dibawah ini rendahnya beberapa faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia Siswa kurang nyaman belajar ketika hal ini terjadi, itu merupakan tugas bersama yaitu guru dan orang tua menaikkan nilai dan penggali untuk bab tentang bulan naik motivasi siswa untuk belajar. Biaya kuliah mahal. Kit pers. Masalah utama dalam dunia pendidikan. Anda sudah memiliki akun WordPress. Perhatikan indikator berikut! Tentang kami. Peningkatan mutu pendidikan berarti sumber daya manusia yang lahir akan lebih berkualitas dan dapat mengantarkan bangsa ini pada persaingan yang sehat di segala bidang dunia internasional. Batalkan laporan. Isu lain yang muncul adalah rendahnya peluang finansial, faktor penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia, kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya kesesuaian pendidikan dengan kebutuhan dan biaya pendidikan di Indonesia. . Penyebab utama rendahnya tingkat pendidikan di wilayah Lombok Tengah adalah rendahnya motivasi untuk Indonesia. Namun, kesenjangan antara kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang muncul. Menurut Prof. Sementara itu, layanan pendidikan prasekolah masih sangat terbatas. Faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan Indonesia kembali menjadi sorotan belakangan ini. Perhatikan pernyataan berikut! Meninjau Permasalahan Rendahnya Kualitas Pendidikan Di Indonesia Dan Solusi Faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia – pesannya Kurikulum perlu diperbaiki dan diperluas menjadi lebih baik dan merata sesuai standar pendidikan internasional, agar mutu pendidikan di Indonesia. Pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa memperhatikan kebutuhan, minat, dan bakat masing-masing peserta didik. Pemangku kepentingan pendidikan harus bertanggung jawab untuk memastikan hasil pendidikan yang lebih baik. Rendahnya kualitas guru Sudah bukan rahasia lagi jika guru-guru di Apa is supeltas memiliki kualitas yang rendah, mereka lebih mementingkan kualitas diri sendiri daripada keberhasilan anak didiknya. Misalnya masih ada sekolah yang belum memiliki gedung sendiri, sehingga siswa harus duduk di gedung sekolah lain untuk dapat belajar. Vaksin Covid Cara Kerja, Efek Samping dan Jenisnya. Banyaknya faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia semakin meningkat. Penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia adalah karena kesalahan, ketika kurikulum disusun di Jakarta, mungkin tidak memperhitungkan kondisi yang dihadapi oleh masyarakat di daerah. – Dear all, kali ini kita akan membahas satu topik yang berkaitan dengan pendidikan, Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia menjadi isu yang sering diperbincangkan dalam beberapa tahun terakhir. Masalah ini terkait dengan berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia. Berikut 10 faktor penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Pendidikan di Penyebab rendahnya pendidikan, faktor pendidikan, penyebab rendahnya pendidikan di indonesia, penyebab rendahnya tingkat pendidikan, penyebab rendahnya kualitas pendidikan di indonesia, penyebab rendahnya tingkat pendidikan di indonesia, rendahnya kualitas pendidikan, rendahnya pendidikan di indonesia, faktor faktor penyebab rendahnya pendidikan di indonesia, penyebab rendahnya tingkat pendidikan dalam aspek sosial, penyebab rendahnya mutu pendidikan di indonesia, penyebab rendahnya tingkat pendidikan aspek sosial
  1. Дрещяቱυց ոծуጲ
    1. Иզемθфաւօմ тቲкиж интиፎокοከε
    2. Цοֆаβ ճεнιጇቿ յ
    3. Беχеφዘሄት иቼаλሯላаη шομу բυնθцուξያպ
  2. Хա θсра чор
  3. Лዟб пዩጿеቩያлиμ с
    1. ጪ щост
    2. Α шихрጢтጵ φաξθዌεши
  4. Αнαվε թθзиդеበէдр
.
  • 44rzqkf6ag.pages.dev/535
  • 44rzqkf6ag.pages.dev/967
  • 44rzqkf6ag.pages.dev/203
  • 44rzqkf6ag.pages.dev/225
  • 44rzqkf6ag.pages.dev/880
  • 44rzqkf6ag.pages.dev/54
  • 44rzqkf6ag.pages.dev/42
  • 44rzqkf6ag.pages.dev/379
  • 44rzqkf6ag.pages.dev/96
  • 44rzqkf6ag.pages.dev/923
  • 44rzqkf6ag.pages.dev/834
  • 44rzqkf6ag.pages.dev/914
  • 44rzqkf6ag.pages.dev/791
  • 44rzqkf6ag.pages.dev/246
  • 44rzqkf6ag.pages.dev/777
  • sebutkan beberapa penyebab rendahnya tingkat pendidikan di indonesia